Penguat Diri ke 1

Beramal Melebihi Usia Kita

(Muhammad Misbakul Munir)

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله تعالى عنه: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: إِذَا مَاتَ ابنُ آدم انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Hurairah Radiyaallah ‘anhu, Sesusungguhnya Rasulullah bersabada : “Apabila Manusia meninggal Dunia maka terputuslah amalnya kecuali karena tiga hal, 1. Shadaqah jariyah, 2. Ilmu yang bermanfaat, atau 3. Anak shaleh yang mendoakannya”. (HR. Muslim)

Hikmah dari hadis diatas adalah sebagai berikut :

  1. Kepastian dan keniscayaan datangnya kematian semua manusia, umur manusia didunia dibatasi dengan dicabutnya nyawa dari jasadnya baik sekarang, besok, lusa atau akan datang. Tidak mungkin ada yang kekal hidup selamanya.
  2. Kesempatan hidup yang Allah anugerahkan dan sisa umur didunia harus digunakan untuk menyegerakan dan memperbanyak amal sholeh, menganeka ragamkan keta’atan, menguatkan ketakwaan dan upaya kerja keras memperbanyak variasi aktivitas kebaikan agar mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah.
  3. Usia produktif untuk berbuat baik ini sangat pendek dan berlalu begitu cepat super kilat, kalau kita mengambil contoh usia produktif dari usia 23 – 60 tahun, maka hanya ada waktu sekitar 37 tahun. Artinya hanya 50% saja dari keberadaan kita di dunia yang akan kita gunakan untuk mengumpulkan amal sholeh. Belum lagi dari 37 tahun itu terpakai untuk hal-hal lainnya, liburan, tidur, makan, mandi, main-main, dll.
  4. Kesempatan untuk berbuat baik akan tertutup pintunya ketika ajal menjemput kita. Disinilah bermula kecemasan dan rasa was-was apakah cukup bekal dan amal yang kita kumpulkan untuk memulai perjalanan panjang menuju penentuan kehidupan keabadian kita (surga atau neraka).
  5. Orang yang cerdas nan pandai akan melakukan kalkulasi dan perencanaan yang matang penuh strategi untuk memperbanyak amal sebagai bekal nantinya dalam perjalanan panjang diakhirat. Namun sebaliknya orang yang kerdil lagi bodoh akan semaunya sendiri dan masa bodoh dengan amal baik yang pastinya banyak ditinggalkan.
  6. Dari hadis diatas ada tiga hal yang bisa kita jadikan bekal dan teman selama perjalanan akhirat kita meskipun kita sudah meninggal, karena pahalanya terus mengalir kepada kita.  yaitu : shodaqoh, ilmu dan anak sholeh.
  7. Shodaqoh Jariyah adalah menginfaqkan harta benda yang kita miliki untuk di jalan Allah. beberapa penjelasan dalam hal ini adalah :
    1. Tidak menunda dan menunggu untuk memberikan shodaqoh ketika sudah menjadi kaya.  karena memberikan infaq itu sebisa dan semampunya juga sangat bagus.
    2. Meninfaqkan harta banda agar memberikan manfaat kepada kaum muslimin dengan durasi yang sangat panjang dan lama melebihi usia kita.
    3. Memastikan bahwa apa yang kita berikan ini digunakan untuk menjalankan keta’atan kepada Allah. Bukan sebaliknya. Contoh shodaqoh jariyah adalah sebagai berikut :
    • Wakaf (uang atau bentuk lainnya) untuk pembangunan masjid, mushola, sekolah, pondok pesantren, dan lainnya.
    • Membantu membuatkan rumah untuk orang miskin yang sholeh dan taat.
    • Berdonasi untuk pencetakan Al Qur’an atau buku-buku syariah islam.
    • Membuatkan sumur air untuk sumber kehidupan masyarakat.
    • Menyediakan tempat minum (kulkas, dispenser atau lainnya) dimasjid atau lokasi lainnya untuk digunakan orang dalam keta’atan kepada Alla.
  1. Ilmu yang bermanfaat :
  1. Anak Sholeh yang mendoakan :

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *